Riya adalah berbuat kebaikan atau ibadah dengan maksud pamer kepada manusia, agar orang mengira dan memujinya sebagai orang yang baik atau gemar beribadah seperti sholat, puasa, sedekah, dan sebagainya. Ciri-ciri orang yang mempunyai sifat riya ada tiga ciri:
Yang pertama
Apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Ini adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh orang-orang munafik. Sebagaimana Alloh sebutkan dalam Qur’an Surat An-Nisa ayat 142
Artinya: “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Alloh, tetapi Alloh-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria ingin dipuji, di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Alloh kecuali sedikit sekali.
Orang yang riya’, maka amal perbuatannya sia-sia belaka. Sebagaimana Firman Alloh di dalam Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 264
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia”.
Dan di dalam Firman Alloh lainnya, di dalam Qur’an Surat Al-Maa’uun ayat 4 sampai dengan 6
Artinya, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya”.
Rosululloh juga bersabda:
“Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. Hadits Riwayat Ahmad dan Al Hakim,
Imam Al Ghozali mengumpamakan orang yang riya itu sebagai orang yang malas ketika dia hanya berdua saja dengan rajanya. Namun, ketika ada budak sang raja hadir baru dia bekerja dan berbuat baik untuk mendapat pujian dari budak-budak tersebut.
Nah orang yang riya juga begitu. Ketika hanya berdua dengan Alloh Sang Raja Segala Raja dia malas dan enggan beribadah. Tapi ketika ada manusia yang tak lebih dari hamba, budak Alloh, maka dia jadi rajin sholat, bersedekah, dan sebagainya untuk mendapat pujian para budak. Adakah hal itu tidak menggelikan?
Agar terhindar dari riya, kita harus meniatkan di dalam hati kita segala amal hanya untuk Alloh semata.
Bakhil alias Kikir alias Pelit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah.
Pada realitanya saat ini, diantara kita malah berlomba menggapai penyakit hati ini, dan lebih buruknya lagi, sebagian kita merasa senang dan betah dengan penyakit hati ini, padahal Alloh jelas-jelas melarangnya.
Sebagaimana Firman Alloh di dalam Qur’an Surat Ali-‘Imron ayat 180.
Artinya. “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Alloh berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Alloh-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan Alloh mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Perlu diingat kembali, segala harta kita termasuk diri kita adalah milik Alloh Saat kita lahir kita tidak punya apa-apa. Telanjang tanpa busana. Saat mati pun kita tidak membawa apa-apa kecuali beberapa helai kain yang segera membusuk bersama kita.
Sesungguhnya harta yang kita simpan itu bukan harta kita yang sejati. Saat kita mati tidak akan ada gunanya bagi kita. Begitu pula dengan harta yang kita pakai untuk hidup bermegah-megahan seperti beli mobil dan rumah mewah. Firman Alloh di dalam Qur’an Surat Al-Lail ayat 8 sampai 11.
Artinya. “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa”.
Perlu diingat kembali juga, yang justru jadi harta yang bermanfaat bagi kita di akhirat nanti, adalah harta yang kita belanjakan di jalan Alloh atau disedekahkan. Harta tersebut akan jadi pahala yang balasannya adalah istana surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Sebagaimana Firman Alloh di dalam Qur’an Surat Al-hadiid ayat 21.
Artinya, “Berlomba-lombalah kamu kepada mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rasul-rosul-Nya. Itulah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar”.
Demikianlah pembahasan pada edisi kali ini mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya. Semoga Alloh memelihara hati kita dari penyakit-penyakit hati yang tercela. Wallohu a’lam.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh